^_^ LOADING...
BENTAR YA MBAKYU... MASBRO...

Translate halaman ini

shodaqoh jariyah....

...kita semuanya pasti akan merasakan kematian... teruslah beramal sholeh, karena amalan sholeh itu yang menjadikan kehidupan dunia menjadi baik, terisi keberkahan... tatkala kehidupan dunia telah berakhir, hanya dengan amalan sholeh... ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jariyah, anak-anak yang berbakti yang akan senantiasa mengalirkan pahala buat kehidupan kita kelak di alam kematian, alam kubur...

Minggu, 15 Desember 2013

keluargaku... effective fathering...


Memang benar bahwasanya Ibu adalah madrasah,
 namun tidak berarti peran Ayah dikesampingkan dalam tarbiyah anak. Kerjasama yang baik antara ibu dan ayah yang dilandasi keikhlasan dan ilmu Isnya Allah akan berbuah positif bagi tarbiyah anak.
effective fathering...



Berikut ini nukilan perkataan para Ayah tersebut:

1. Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu. Zaid bin Aslam meriwayatkan dari ayahnya bahwa Umar radhiyallahu anhu melakukan shalat malam selama waktu yang Allah kehendaki, hingga ketika di akhir malam maka beliau membangunkan keluarganya (istri dan anaknya) seraya berkata membangunkan: “Ayo sholat! Ayo sholat!! Dan beliau membacakan ayat: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS Thaha: 132)

2. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu. Usman al Hathibi berkata: saya mendengar Ibnu Umar berkata kepada seseorang:
أدِّب اِبْنَكَز فإنك مَسْؤُوْلٌ عَنْ وَلَدِ كَ مَا أَدَّبْتَهُ؟ وَمَا ذَا عَلَّمْتَهُ
“Addib (Ajarkan adab/bimbinglah) putramu karena engkau bertanggung jawab tentang anakmu adab apa yang engkau tanamkan kepadanya dan ilmu apa yang engkau ajarkan kepadanya?” (Syu’abul Iman, Baihaqi, 8295)
Seandainya apa yang dikatakan Ibnu Umar menjadi kesadaran seluruh ayah muslim niscaya generasi muslim ini menjadi pemimpin.

3. Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata: “Adalah Zaid bin Tsabit termasuk orang yang paling humoris di keluarganya.” (Syu’abul Iman, Baihaqi, 7852)
Ingin memiliki anak yang shalih dan ingin menjadi orang tua yang ditaati bukan berarti selalu serius dan tegang dalam hubungannya setiap hari, melainkan bisa dengan senyum, humor, dan canda, tetapi ada sikap tegas yang mengiringi dan mengawalnya. Maka jadilah singa di luar rumah dan jadilah lembut seperti anak kecil di dalam rumah.

4. Urwah Bin Zubair radhiyallahu ‘anhu. Shahabat sekaligus kerabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa memerintah putra-putranya untuk puasa, jika mereka sudah mampu.” (al Iyal 1/470)
Oleh karena itu kami menghimbau para orang tua, bapak dan ibu untuk melatih anak-anaknya puasa sunnah bersama-sama dengan orang tuanya sejak anak itu mampu untuk diajak puasa, lebih-lebih kalau itu puasa Ramadhan.

5. Muawiyyah bin Qurrah rahimahullah. Muawiyah bin Qurrah mengatakan bahwa ayahnya berkata kepada anak-anaknya jika mereka sudah sholat ‘isya: “Wahai putra-putraku, tidurlah, semoga Allah membri kebaikan kepada kalian dari mala mini.” (Al Zud, Imam Ahmad, 234)
Demikianlah seharusnya seorang Ayah memperhatikan anak-anakmya memastikan mereka sholat Isya berjamaah lalu menasehati mereka untuk segera tidur agar mendapat kebaikan.

6. Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata: “Ayah saya itu apabila datang kepada beliau seorang yang zuhud beliau menyuruh saya untuk melihat dan memperhatikannya, karena beliau ingin agar aku menjadi seperti orang itu (Al Siyar, 12/530)
 Inilah salah satu pendidikan yang sukses, orang tua selalu mengenalkan dan mengikat anak dengan figure yang shalih yang menjadi contoh bagi gantungan cita-cita anak.Tidak seperti zaman sekarang ini, anak-anak mencari sendiri figur yang diidolakan melalaui televisi dan dunia hiburan. Sungguh jauh antara hasil akhir dari dua model “pendidikan” tersebut!






7. Muslim al Hanafi berkata, “Berbuat baiklah kepada anakmu karena hal itu lebih layak agar dia berbakti kepadamu. Sesungguhnya siapa yang mau, bisa saja ia durhaka kepada anaknya.” (Ibnu Abiddunya, An Nafaqah ‘ala al iyal 1/05 no. 149)
Ungkapan Muslim al Hanafi ini mengingatkan kita semua agar menanam apa yang ingin kita petik buahnya, jika kita menanam kebaikan maka kita akan memetik buah kebaikan, namun jika menanam pohon keburukan maka jangan salahkan dan jangan menyesal jika yang keluar adalah buah kedurhakaan. Artinya perilaku anak adalah hasil pendidikan yang dia dapatkan dan perilaku orang tua yang dia saksikan. Pepatah mengatakan “Sebagaimana engkau menanam engkau akan mengetam, dan apa yang engkau tanam itulah yang akan engkau ketam.”

8. Abdullah bin Isa rahimahullah berkata: “Umat ini senantiasa dalam kebaikan selagi anak-anaknya belajar al Qur-an.” (an Nafaqah ‘ala al Iyal 1/480 no 309)
Imam Ibnu Abid Dunya rahimahullah menulis atsar ini dengan judul “Bab mengajari anak-anak kecil al qur-an” lalu ia menuturkan hadits dengan sanadnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa arasululla shallalahu alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang mengajari anaknya al Qur-an maka nanti di hari kiamat dia kan diberi kalung (medali) yang dikagumi oleh manusia yang pertama dan manusia yang terakhir (Disebutkan oleh al Muttaqi al Hindi dalam Kanzul Ummal 1/533 no. 2386) . Setelah itu Imam Ibnu Abid Dunya menyebutkan perkataan Abdullah bin Isa di atas. Apa yang disebutkan oleh Abdullah bin Isa adalah benar bahkan hal tersebut diakui oleh orang-orang kafir. Disebutkan bahwasanya Willian Ewert Gladsone seorang Perdana Menteri Inggris pada periode 1868-1874, 1880-1885, 1886-1892, 1892-1894 pernah berkata, “Selama al Qur-an masih berada di tangan kaum muslimin, Eropa tidak akan sanggup menguasai Timur (Islamic East)” Bahkan dikabarkan dia juga berkata, “Keadaan Timur tidak akan tegak selagi tidak diangkat hijab dari wajah Musimah dan ditutupkan pada Al Qur-an.”

9. Muhammad bin Sirrin rahimahullah berkata: dulu dikatakan, “Muliakan anakmu dan baguskanlah dalam membimbingnya.”

10. Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata: dulu dikatakan, “Diantara hak anak atas orang tua adalah memperbaiki akhlaknya.” (Al Iyal 1/505)

Mubarak bin Said berkata, Sufyan menulis surat kepadaku: “Amma ba’du, hendaklah engkau mengurus keluargamu dengan baik, dan hendaklah kematian menjadi perhatianmu. Wassalam.” (Al Hilyah, 7/52)

Sufyan Ats Tsauri juga berkata; “Hendaklah seorang ayah itu memaksa anaknya untuk belajar ilmu, karena dia akan ditanya tentangnya.” (Al Siyar, 7/273)

~WAHANA BELAJAR UNTUK YANG BERJIWA HANIF~
 
EFFECTIVE PARENTING: EFFECTIVE FATHERING DALAM UPAYA PENDIDIKAN KARAKTER

Tulisan ini kami nukil dari artikel yang ditulis Ustadz Agus Hasan Bashari, Lc. M. Ag dalam majalah Al Umm edisi 02 & 03 th.01 dalam rubrik yang bernama CERMIN SALAF bertajuk Mendidik Anak, Membimbing Istri & Melayani Keluarga. Beliau menukil dari sebuah kitab berjudul Min Akhbaris Salaf karya Syaikh Zakariya Ibnu Ghulam Qadir al Bakistani.

Dalam muqaddimah rubrik tersebut Ustadz Agus mengatakan, “Tujuan rubrik ini adalah MEMBERIKAN GAMBARAN KONGKRIT BAGI KETINGGIAN AKHLAK ISLAM YANG TELAH DIPERANKAN GENERASI SALAFUSH SHALIH yang dengan setia mengikuti teladan mereka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena kita ingin mengikuti jejak langkah kebaikan kaum salaf, maka membaca dan mempelajari adab, akhlak dan hikmah dan sejarah mereka adalah penting.”

Dalam artikel ini dinukil beberapa perkataan Ayah shalih dengan harapan memotivasi para ayah untuk menerapkan ‘effective fathering’.
 
>>>
https://www.facebook.com/Yayasan.Alhanif?ref=stream

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

...Mari manfaatkan waktu... bekal akhirat kita masih kosong...
berilmu sebelum beramal ^_^
...kita sendiri yang bertanggung jawab dengan kehidupan kita, mari berbuat lebih baik...
Blogger Indonesia
Kang roni
:-)